Sihir secara lughowi (bahasa) adalah ungkapan tentang suatu perkara yang disebabkan oleh sesuatu yang samar dan lembut. Sedangkan menurut istilah syariat terbagi menjadi dua makna :
Pertama : Yaitu buhul-buhul dan mantera-mantera, maksudnya adalah bacaan-bacaan dan mantera-mantera yang dijadikan perantara oleh tukang sihir untuk minta bantuan pada syaithon dalam rangka memberi kemudharatan kepada orang yang disihir. Akan tetapi Allah ? telah berfirman:
وَ مَا هُمْ بِضَارِّيْنَ به من أَحَدٍ إَلاَّ بِإِذْنِ اللهِ
“Dan mereka itu (ahli sihir) tidak akan mampu memberikan mudharat dengan sihirnya kepada siapa pun, kecuali dengan idzin Allah”. (QS. Al Baqarah :162)
Kedua : yaitu berupa obat-obatan atau jamu-jamuan yang berpengaruh terhadap orang yang disihir, baik secara fisik, mental, kemauan dan kecondongannya. Sehingga engkau dapati orang yang disihir tersebut berpaling dan berubah (dari kebiasaanya). (Al Qoulul Mufid karya Asy Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin juz 1, hal. 489).Berikut hadits tentang sihir :
MATAN HADITS
قال البخاري رحمه الله في "الصحيح" برقم (5763): حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى، أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ، عَنْ هِشَامٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: سَحَرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي زُرَيْقٍ، يُقَالُ لَهُ لَبِيدُ بْنُ الأَعْصَمِ، حَتَّى كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهُ كَانَ يَفْعَلُ الشَّيْءَ وَمَا فَعَلَهُ، حَتَّى إِذَا كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ أَوْ ذَاتَ لَيْلَةٍ وَهُوَ عِنْدِي، لَكِنَّهُ دَعَا وَدَعَا، ثُمَّ قَالَ: "يَا عَائِشَةُ، أَشَعَرْتِ أَنَّ اللَّهَ أَفْتَانِي فِيمَا اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ، أَتَانِي رَجُلاَنِ، فَقَعَدَ أَحَدُهُمَا عِنْدَ رَأْسِي، وَالآخَرُ عِنْدَ رِجْلَيَّ، فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: مَا وَجَعُ الرَّجُلِ؟ فَقَالَ: مَطْبُوبٌ، قَالَ: مَنْ طَبَّهُ؟ قَالَ: لَبِيدُ بْنُ الأَعْصَمِ، قَالَ: فِي أَيِّ شَيْءٍ؟ قَالَ: فِي مُشْطٍ وَمُشَاطَةٍ، وَجُفِّ طَلْعِ نَخْلَةٍ ذَكَرٍ. قَالَ: وَأَيْنَ هُوَ؟ قَالَ: فِي بِئْرِ ذَرْوَانَ " فَأَتَاهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَاسٍ مِنْ أَصْحَابِهِ، فَجَاءَ فَقَالَ: «يَا عَائِشَةُ، كَأَنَّ مَاءَهَا نُقَاعَةُ الحِنَّاءِ، أَوْ كَأَنَّ رُءُوسَ نَخْلِهَا رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ» قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ: أَفَلاَ اسْتَخْرَجْتَهُ؟ قَالَ: «قَدْ عَافَانِي اللَّهُ، فَكَرِهْتُ أَنْ أُثَوِّرَ عَلَى النَّاسِ فِيهِ شَرًّا» فَأَمَرَ بِهَا فَدُفِنَتْ تَابَعَهُ أَبُو أُسَامَةَ، وَأَبُو ضَمْرَةَ، وَابْنُ أَبِي الزِّنَادِ، عَنْ هِشَامٍ، وَقَالَ: اللَّيْثُ، وَابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ هِشَامٍ: «فِي مُشْطٍ وَمُشَاقَةٍ» يُقَالُ: المُشَاطَةُ: مَا يَخْرُجُ مِنَ الشَّعَرِ إِذَا مُشِطَ، وَالمُشَاقَةُ: مِنْ مُشَاقَةِ الكَتَّانِ.
وأخرجه مسلم برقم (2189)، وقال: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ، عَنْ هِشَامٍ، به.
Al-Bukhoriy Rohimahulloh berkata di dalam "Ash-Shohih" dengan (no. 5763): "Telah menceritakan kepada kami Ibrohim bin Musa, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Isa bin Yunus, dari Hisyam, dari bapaknya (Urwah Ibnuz Zubair) dari Aisyah Rodhiyallahu 'anhu, diaberkata: Telah disihir Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) oleh seorang lelaki dari Bani Zuroiq, dikatakan bahwa namanya adalah Labib Ibnul A'shom, sampai Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) mengangan-angankan untuk melakukan sesuatu namun beliau tidak melakukannya, sampai-sampai beliau pada suatu hari atau pada suatu malam dan beliau di sisiku, akan tetapi beliau berdoa dan berdoa, kemudian beliau berkata: "Wahai 'Aisyah, apakah kamu merasakan bahwasanya Alloh telah mengabulkan doaku ketika aku berdoa kepada-Nya, telah datang kepadaku dua orang lelaki, lalu salah satu dari keduanya duduk di sisi kepalaku, dan yang lain di sisi kakiku, lalu berkata salah seorang dari keduanya kepada kawannya: Apa yang membaringkan orang ini?
Yang satunya menjawab: "Disihir".
Yang satunya lagi bertanya: "Siapa yang menyihirnya?".
Yang satunya menjawab: "Labib Ibnul A'shom".
Yang satunya bertanya lagi: "Pada sesuatu apa (dia disihir)?".
Yang satunya menjawab: "Pada sisir dan apa yang menyertainya dan pada sisik dari pelepak korma".
Yang satunya bertanya: "Dimana dia?".
Yang satu lagi menjawab: "Di sumur Dzarwan".
Maka Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) bersama beberapa shohabatnya mendatanginya, lalu beliau berkata: "Seakan-akan airnya seperti air bekas yang berwarna kekuning-kuningan, atau seakan-anak punuk-punuk pelepak kormanya seperti kepala-kepalanya syaithon". Aku bertanya: "Apakah engkau mengeluarkannya?", beliau menjawab: "Sungguh Alloh telah menyembuhkanku, dan aku benci akan mempengaruhi manusia pada kejelekannya". Maka beliau memerintahkan dengannya lalu ditimbunlah.
Hadits ini memiliki jalur periwayatan dari Abu Usamah, Abu Damroh dan Ibnu Abiz Zinad dari Hisyam. Al-Laits dan Ibnu 'Uyainah berkata: Dari Hisyam: "Dari sisir dan musyaqoh".
Al-Musyaqoh adalah apa yang keluar dari rambut jika disisir, dan Al-Musyaqoh termasuk dari apa yang keluar dari rambut.
Dan hadits ini diriwayatkan pula oleh Muslim dengan (no. 2189), beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Kuroib, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair, dari Hisyam, yang semisal (dengan periwayatan Al-Bukhoriy).
Faedah yang bisa dipetik dari hadits ini diantaranya:
Pertama:
Asy-Syaikhon (Al-Bukhoriy dan Muslim) meriwayatkan hadits ini di dalam "Ash-Shohihain", yang para Ahli ilmu telah bersepakat bahwa keduanya adalah kitab yang paling shohih setelah Kitabulloh, sampai mereka berkata:
"اتفق عليه العلماء من أن أصح كتاب بعد كتاب الله "صحيحا البخارى ومسلم".
"Telah bersepakat tentangnya para ulama, bahwasanya paling shohihnya kitab setelah Kitabulloh adalah shohih Al-Bukhoriy dan Muslim".
Maka dengan kejelasan seperti itu bila kemudian ada yang menolak satu hadits semisal ini maka dia dipertanyakan tentang jati diri dan keislamannya, dan kami tidak menganggapnya sama sekali kalau dia sebagai seorang Ahlissunnah bahkan dia adalah mubtadi' dhol, siapa pun dia, baik itu Ahmad Surkati (sang pendiri firqoh Ali Irsyad) atau masyayikhnya atau yang semisal mereka, mereka menolak hadits semisal ini dengan berbagai macam alasan, ada yang mengatakan karena haditsahad-lah atau khobar ahad-lah, bagi siapa yang menolaknya maka dipertanyakan keislaman dan aqidahnya, dan para ulama telah berkata:
"من أنكر خبر الواحد فقد رد الشريعة كلها".
"Barang siapa yang menolak khobar ahad maka sungguh dia telah menolak syari'at seluruhnya".
Kedua:
Adapun perkataannya: "Telah disihir Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) oleh seorang lelaki dari Bani Zuroiq" maka ini adalah penetapan bahwa Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) telah disihir.
Dan ini adalah bantahan terhadap orang-orang congkak, sombong dan sok bertaqwa ketika melihat atau mendengar bahwa ada dari Ahlissunnah terkena sihir, mereka pun berkata: "Itu karena mereka lemah tauhidnya dan lemah imannya jadi sihir mengenainya", dengan ucapan mereka seperti ini mereka tidak menyadari kalau mereka telah menghina Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) yang pernah terkena sihir, bagaimana mereka merasa diri paling bertauhid dan paling kuat keimanannya sedangkan mereka memperoleh ilmu tauhid dari Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), bagaimana mereka mentazkiyyah diri mereka dengan kecongkakan dan kesombongan itu sementara Alloh (تعالى) telah menjaga Nabi-Nya:
{وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ} [المائدة: 67]
"Alloh menjagamu dari (gangguan) manusia, sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir". (Al-Maidah: 67).
Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) seperti itu lalu bagaimana dengan umatnya?, itulah ketentuan Alloh (تعالى), bahwasanya Dia akan selalu menguji hamba-hamba-Nya yang beriman, baik mereka adalah para Nabi atau pun umat-umatnya, Alloh (تعالى) berkata:
{وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا} [الفرقان: 20]
"Dan Kami telah jadikan sebagian kalian cobaan bagi sebagian yang lain, apakah kalian bersabar?; dan Robbmu adalah Al-Bashir (Maha Melihat)".(Al-Furqan: 20).
Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) tidak hanya diuji dengan disihir namun beliau diuji dengan berbagai macam ujian dan cobaan, baik ujian itu datangnya dari syaithon yang berbentuk manusia atau syaithon yang berbentuk jin, Alloh (تعالى) berkata:
{ وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ} [الأنعام: 112]
"Dan Demikianlah Kami telah jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaithon-syaithon (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia), Jikalau Robbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan". (Al-An'am: 112).
Maka kami katakan kepada saudara-saudariku Ahlisunnah: "Janganlah kalian bersedih hati jika kalian mendapatkan ujian, sebagaimana kami katakan kepada diri kami sendiri untuk senantiasa berharap dengan sebab ujian itu kita akan diampuni dari dosa-dosa kita dan semoga kita dimasukan ke dalam Jannahnya Alloh (تعالى) yang kekal abadi, biarlah orang-orang jahat dan para pedengki mengatakan bahwa kita sedang ditimpakan bala', kita katakan: "Iya, kami sedang ditimpakan bala' akan tetapi bala' yang baik, Robb kami telah menghibur kami:
{وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ} [الأنفال: 17]
"Dan ditimpakan bala' bagi orang-orang yang beriman, dengan bala' yang baik. Sesungguhnya Alloh adalah As-Sami' (Maha Mendengar) lagi Al-'Alim (Maha Mengetahui)". (Al-Anfal: 17).
Dan Nabi kami Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) telah menghibur kami dengan hiburan yang sangat menyenangkan, Al-Bukhoriy telah membuat bab khusus tentang masalah ini di dalam "Ash-Shohih", beliau berkata:
"بَابٌ: أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً الأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ"
"Bab: Paling besarnya bala' pada manusia adalah para Nabi, kemudian semisalnya kemudian semisalnya".
Dan Ahlussunan kecuali Abu Dawud telah meriwayatkan dari haditsSa'd bin Abi Waqqosh, beliau berkata:
"يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟".
"Wahai Rosululloh, siapakah manusia yang paling besar bala'nya?".Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) menjawab:
«الْأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الْعَبْدُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ صُلْبًا، اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ، ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ، حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ، وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيئَةٍ»".
"Para Nabi, kemudian semisalnya dan yang semisalnya, ditimpakan bala' kepada seorang hamba disesuaikan dengan keadaan agamanya, jika pada agamanya itu ada kekokohan maka dibesarkan bala'nya, dan jika pada agamanya ada kelemahan (kerendahan) maka ditimpakan bala' sesuai kadar agamanya, dan senantiasa seorang hamba akan ditimpakan bala' sampai dia dibiarkan berjalan di muka bumi dan dia tidak ada padanya dosa"".
Mereka para penjahat dan para pendengki itu merasa bangga karena tidak sakit, tidak menderita dan tidak kekurangan, maka kami katakan kepada mereka: "Begitulah keadaan Fir'aun!, tidak ada keterangan atau riwayat yang menjelaskan bahwa dia duji dengan sakit, begitu pula para tukang sihir".
Ketiga:
Adapun perkataannya: "sampai Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) mengangan-angankan untuk melakukan sesuatu namun beliau tidak melakukannya" maka ini sebagai dalil bahwasanya sihir dengan izin Alloh (تعالى) mampu memberikan pengaruh kepada manusia baik jasmani maupun rohaninya, Alloh (تعالى) berkata tentang kisah tukang sihirnya Fir'aun:
{فَلَمَّا أَلْقَوْا سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ} [الأعراف: 116]
"Maka tatkala mereka melepaskan sihir-sihir mereka, dengan menyihir mata-mata manusia maka manusia merasa takut kepada mereka dan mereka mendatangkan dengan sihir yang besar". (Al-A'rof: 116).
Adapun pengaruhnya kepada jasmani dan rohani maka dia seperti yang dirasakan oleh Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dan orang-orang yang pernah disihir, yaitu mereka merasakan pada diri-diri mereka rasa sakit yang berat dan daya nalar atau pikiran kacau sampai menginginkan untuk melakukan sesuatu kemudian terlupakan atau tidak teringat dengan rencana tersebut.
Keempat:
Adapun perkataannya: (أَفْتَانِي فِيمَا اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ) "bahwasanya Alloh telah mengabulkan doaku ketika aku berdoa kepadanya" maka Ibnu HajarRohimahulloh telah berkata di dalam "Fathul Bariy" (10/228) tentang ma'na dari perkataan ini:
"فِي رِوَايَةِ الْحُمَيْدِيِّ أَفْتَانِي فِي أَمْرٍ اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ أَيْ أَجَابَنِي فِيمَا دَعَوْتُهُ فَأَطْلَقَ عَلَى الدُّعَاءِ اسْتِفْتَاءً لِأَنَّ الدَّاعِيَ طَالِبٌ وَالْمُجِيبَ مُفْتٍ أَوِ الْمَعْنَى أَجَابَنِي بِمَا سَأَلْتُهُ عَنْهُ لِأَنَّ دُعَاءَهُ كَانَ أَنْ يُطْلِعَهُ اللَّهُ عَلَى حَقِيقَةِ مَا هُوَ فِيهِ لِمَا اشْتَبَهَ عَلَيْهِ مِنَ الْأَمْرِ".
"Di dalam riwayat Al-Humaidiy aftaaniy fii amrinis taftaituhu fiih yaitu Dia mengabulkanku terhadap apa yang aku berdoa kepada-Nya, fatwa diitlakan pada doa karena orang yang berdoa adalah menuntut (meminta), dan yang mengabulkan adalah orang yang berfatwa atau ma'na telah mengabulkanku terhadap apa yang aku telah meminta-Nya tentangnya, karena sesungguhnya doanya supaya Alloh menampakannya atas keadaan yang sebenarnya dari apa yang dia berada pada kesamaran dari suatu perkara".
Apa yang telah dikatakan oleh Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) itu termasuk dari bentuk pengajaran, maka hendaknya seorang bapak mengikuti metode tersebut, baik dia mengajari istrinya, putra-putrinya, atau seorang ustadz yang mengajari para muridnya.
Pada perkataan Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) tersebut mengandung banyak pelajaran, diantaranya tentang tauhid, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) ketika sudah merasakan derita maka beliau langsung berdoa kepada Alloh (تعالى), dengan sebab doa tersebut tersingkaplah apa yang disembunyikan oleh tukang sihir.
Dan hendaknya bagi setiap hamba Alloh untuk mengikuti metode Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) ini:
{وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ} [غافر: 60]
"Dan Robb kalian telah berkata: "Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagi kalian". (Ghofir: 60).
Dan bagi siapa yang enggan dan tidak mau untuk berdoa kepada-Nya maka Dia telah mengancamnya dengan ancaman neraka, sebagaimana perkataan-Nya pada kelanjutan ayat tersebut:
{إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ} [غافر: 60]
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku maka mereka akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (Ghofir: 60).
Kelima:
Adapun perkataannya: "Pada sesuatu apa (dia disihir)?" maka ini menunjukkan bahwa sihir memiliki banyak bentuk, terkadang tukang sihirnya langsung melepaskan sihir-sihir mereka dari tangan-tangan mereka, sebagaimana Alloh (تعالى) kisahkan tentang tukang sihirnya Fir'aun:
{قَالُوا يَا مُوسَى إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَلْقَى (65) قَالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى (66)} [طه: 65، 66]
"(Setelah mereka berkumpul) mereka berkata: "Wahai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kami yang memulai melemparkan?", Musa berkata: "Bahkan kalianlah melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka (berlepasan), terbayang kepada Musa seakan-akan dia merayap cepat, lantaran sihir mereka".(Thohaa: 65-66).
Pada sihir mereka ini berbentuk sesuatu seperti tali dan tongkat, dan terkadang mereka (para tukang sihir) ketika melepaskan sihir dari tangan-tangan mereka maka ada pula yang berbentuk api, cairan panas atau berbentuk kawat-kawat, atau sejenis binatang dan hewan atau yang semisalnya.
Ini satu bentuk, dan ada pula bentuk yang lain, yaitu mereka mengirimkan dengan bentuk para jin, yang para jin tersebut kemudian mengganggu dan menyakiti orang yang akan mereka sihir.
Ini satu bentuk pula, dan ada pula bentuk yang lain, yaitu proses pengiriman dari jarak jauh, bila orang yang akan mereka sihir adalah dari kalangan Ahlut tauhid maka mereka mengirimkan sejenis sihir tersebut, seakan-akan mereka sedang melakukan bluetooth. Pada jenis ini terkadang nyasar (salah sasaran), terkadang mengenai pintu rumah orang yang akan disihir, atau terkadang mengenai benda yang ada di samping orang yang akan disihir, dan metode ini mereka sering gagal, karena gagal terus mereka pun menggunakan penopang atau cara seperti yang dilakukan oleh Labib Ibnul A'shom ini, yaitu mereka mengambil rambut atau sisir orang yang akan mereka sihir, atau mereka mengambil foto, pakaian, bekas-bekas atau yang semisalnya, atau mereka juga membuat patung atau yang sejenis boneka yang mereka jadikan boneka tersebut seakan-akan itulah diri orang yang akan mereka sihir, kemudian mereka tusuk patung atau boneka tersebut dengan paku, jarum atau benda tajam lainnya, dan praktek sihir seperti ini terdapat di Sulawesi kemudian disebarkan di Maluku hingga sampai ke Limboro:
"أَسْأَلُ اللهَ أَنْ يَقْتُلَ سَوَاحِرَ"
"Aku memohon kepada Alloh untuk membunuh para tukang sihir".
"وَأَسْأَلُهُ أَنْ يُعَذّبَهُمْ بِسِحْرِهِمْ"
"Dan aku memohon kepada-Nya untuk mengazab mereka dengan sihir-sihir mereka".
Kelima:
Adapun perkataannya: "Di sumur Dzarwan" maka ini menunjukan bahwa tukang sihir terkadang menyimpan bahan sihir di sumur, di gua, di kamar khusus atau di tanjung, atau di antara dua batu atau di tempat-tempat yang mereka anggap layak sebagai tempat penyimpanan.
Keenam:
Adapun perkataannya: "dan aku benci akan mempengaruhi manusia pada kejelekannya" maka ini menunjukan bahwa beliau (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) sangat kasih sayang terhadap umatnya, Alloh (تعالى) sebutkan tentang sifatnya yang mulia:
{لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ} [التوبة: 128]
"Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rosul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keselamatan) bagi kalian, sangat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang bermu'min". (At-Taubah: 128).
Adapun para tukang sihir dan para penjahat maka mereka tidak memiliki rasa belas kasihan, mereka melakukan PBB (perlombaan biadab-biadab), di sisi lain para tukang sihir melakukan sihirnya, para penjahat menjalankan makarnya di sisi lain.
Sangat teringat di benak kami dan bagi yang menyaksikan atau mendengarkan, ketika kami sedang tegang-tegangnya dalam melawan serangan sihir, tiba-tiba segerombolan pengacau berupaya pula untuk memudhorotkan kami, salah satu kawan mereka (sebagai juru bicara) dihubungi dengan tujuan supaya kami diangkat ke orang yang berpengaruh, dengan maksud supaya kami diusir, berbagai macam cara mereka jalani, tukang sihir menyerang kami lewat dalam tubuh dan ada dari mereka (para pengacau) mendorong kami dari luar tubuh -وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ-, namun –dengan izin Alloh- mereka tidak akan mampu memudhorotkan kami:
{ لَنْ يَضُرُّوكُمْ إِلَّا أَذًى} [آل عمران: 111]
"Tidaklah mereka memudhorotkan kalian melainkan hanya gangguan saja".(Ali Imron: 111).
{وَمَكْرُ أُولَئِكَ هُوَ يَبُورُ} [فاطر: 10]
"Dan rencana jahat mereka akan hancur". (Fathir: 10).
Walaupun para tukang sihir dan para pengacau, baik yang dari jin maupun yang dari manusia bersatu padu atau berserikat untuk memudhorotkan kami maka sungguh mereka tidak akan sanggup kecuali apa yang telah Robb kami tetapkan, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
"وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ»".
"Dan kalau pun mereka bersatu untuk memberikan kemadhorotan kepadamu maka mereka tidak akan mampu memudhorotkanmu melainkan dengan sesuatu yang telah Alloh tuliskan untukmu, telah terangkat pena dan telah tertulis lembaran-lebaran". Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dengan sanad hasan dari hadits Abdulloh bin 'Abbas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar